Sunday, November 24

Send Message - via Kantor Pos



             Coba sebutin gedung-gedung tua di kotamu! Museum. Stasiun kereta api. Kantor pos. Nah kantor pos. Bangunan yang kebanyakan peninggalan Belanda ini salah satu bangunan yang di tiap kota mesti ada. Kalau yang gak tau kantor pos itu lho gedung yang catnya semua oranye itu. Dan di sinilah segala aktivitas surat-menyurat terjadi.

             Baru-baru ini saya melakukan sesuatu yang kebanyakan orang zaman sekarang jarang lakuin. Yaitu: mengirim surat via pos. Hehehe bangga dikit dong. Tapi gak semudah itu berkirim di zaman sekarang. Bukan, bukan karena dipersulit. Tapi karena zaman sekarang semakin sedikit yang tau gimana cara mengirim surat via pos. Karena tidak semudah menekan enter dan send. Untung kita kenal internet, tinggal googling deh: cara mengirim surat. Nah itu, kemajuan teknologi internet yang sekaligus menampakkan kebodohannya.

             Tapi dari semua tutorial dari internet tetep bae gak mudeng. Iya sih di situ dijelasin ini ditulis ini, itu di situ, perangko di sini. Tapi tetep gak mudeng ketika di situ dijelasin bagian depan dan bagian belakang surat, ini gimana bedainnya. Yang depan yang mana yang belakang yang mana. Wong buka kran aja sering keliru ke kanan atau ke kiri dulu. Akhirnya saya ke kantor pos dengan membawa surat yang masih telanjang. Maksudnya amplopnya bersih belum ditulisin apa-apa. Skip. Masuk loket, tanya-tanya deh sama petugasnya. Berikut kurang lebih percakapan menegangkan itu.
              “Mbak mau kirim surat gimana caranya? Ini alamat penerima nulisnya sebelah mana? Terus alamat pengirim di mana?

             ”Oh alamat penerimanya ditulis di bagian depan amplop sebelah kanan bawah.”

              “Hehehehe betewe bagian depan surat itu yang mana ya?”

             Akhirnya setelah ditunjuk-tunjuk saya jadi paham. Corat-coret-corat-coret. Selesai.

              “Nih mbak.”

             Setelah itu suratnya diterima mbaknya dengan tangan kanan. Terus mau ditimbang. Tapi?

              “Nha gak pake perangko mbak?”

              “Lho masnya mau pake perangko?”

              “Lho? Emang biasanya gimana?”

              “Ada kilat khusus, ekspress, sama biasa yang pakai perangko. Kalau kilat khusus itu dua puluh ribu paling satu hari nyampe. Tapi kalau pakai perangko, dua ribu lima ratus, tapi nyampenya gak bisa dipastiin.”

              “Oooooh. Yang biasa aja ah. Gak buru-buru kok.”

             Apaan ini? Lho masnya mau pake perangko. Mau pake perangko. MAU. Seolah-olah perangko adalah hal yang haram dan menjijikkan sampai mbaknya kaget waktu dimintain perangko. Hehehehe. Apa iya sekarang perangko udah jarang digunain.

             Jadi intinya yang saya tangkep di kantor pos tempat saya mengirim surat gini. Secara default tiap orang kirim surat dikenain layanan non-perangko. Entah karena mereka memberikan layanan yang tercepat buat pelanggan, atau mereka gak mau pasang perangko karena harganya paling murah. Juga mereka nakut-nakutin orang yang pake perangko, bilangnya: surat gak bisa dipastiin kapan nyampe.

             Udah lupakan kejadian itu. Mumpung lagi bahas surat kenapa gak sekalian aja share gimana cara mengirim surat via pos. Simak gambar-gambar ini aja ya.









             Oh iya. Perlu tau bahwa sejak tahun 2012 PT Pos Indonesia bekerjasama dengan minimarket waralaba Indomaret. Jadi Indomaret bisa ada di dalem kantor pos gitu. Nah gak tau deh gimana cara si Alfamart jejerin. Tapi bedanya kalo udah di dalam kantor pos namanya jadi PostShop. Kirain PostShop itu jual benda-benda pos seperti kartu pos, amplop, perangko, materai, bis surat. Eh gak taunya kayak Indomaret biasanya, jadi gak ada kartu pos.


             Sudah ya kawan segitu saja. Semoga surat saya sampai di tempat dengan selamat. Sehingga semua senang. Nah sebagai hadiah nih saya kasih trivia tentang kantor pos.

             Dahulu saat berkirim surat, penerima suratlah yang harus membayar biaya pos. Karena penerima surat seringkali menolak surat dengan alasan tidak mau membayar, maka muncullah perangko.

             Perangko yang resmi pertama kali diperkenalkan di Britania Raya pada 1 Mei 1840.

             Perangko berasal dari bahasa Latin: franco.

             Dan ternyata perangko ditulis dengan prangko bukan perangko seperti kata Richard Yani Susilo pada Bulletin Berita Filateli tahun 1985.

             Kantor pos pertama didirikan di Batavia (Jakarta) pada 26 Agustus 1746 oleh Gubernur Jenderal G. W. Baron van Imhoff.

             Di Indonesia kantor pos berwarna oranye karena Kolonial Belanda mengecatnya demikian sebagai identitas Belanda sesuai warna kebangasaannya.

Sunday, October 27

Ini hujan!

Sungguh kau berlari pada malam selarut ini. Bukan hujan yang mengejarmu. Bukan pula waktu. Namun kepada sesuatu yang kau yakin separuh ruhmu tertuju. Hingga kau berpeluh-peluh pada hujan yang teduh. Tapi kau mengelak dan berkata: Ini hujan!

Pelarianmu berakhir tak tentu. Apa yang kau sangka sesuatu rupanya hanya pintu. Yang rapat tertutup yang tampak tanpa celah untuk mengetuk. Alangkah iba untuk wajah yang tertunduk duka. Kau menangis setelah sekian lama. Tapi kau mengelak dan berkata: Ini hujan!

Enggan bangkit kau bersimpuh di situ sedari tadi. Mengutuki yang terjadi dan berharap pintu terbuka sendiri. Sementara sorak-sorak keadaan terkekeh tanpa jarak. Ramai-ramai mereka teriak bodoh kepadamu. Sekali lagi kau mengelak dan berkata: Itu hujan!

Oktober 27, 2013

Sunday, September 29

#20 Hai Tuhan

Hai halo Tuhan. Lama aku tak menyapa-Mu di sini, di samping Kau selalu ada di mana-mana. Kau Maha Cantik, maka di setiap ciptaan-Mu selalu kulihat kecantikan. Namun jangan sampai aku memujinya melebihi memuji-Mu.

Di antara kecantikan yang Kau taruh pada dunia, di sana ada wanita. Makhluk mulia inilah yang kerap membuat lelaki lupa kepada-Mu. Namun Kau tak cemburu, atau aku yang tak tahu. Yang jelas Kau ciptakan banyak wanita untuk tiap-tiap pria. Namun tidak kepadaku, atau aku yang tak tahu. Hahaha atau dari banyak wanita itu, wanitaku kelak tidak seperti wanita kebanyakan.

Astaga aku lupa, Tuhan. Hidup ini tidak cuma wanita. Mereka terlalu mulia hanya untuk menjadi pelengkap pria. Merekalah wakil-Mu di dunia, kecantikan dan kasih sayang ada padanya. Hehehe aku jatuh cinta.

Wednesday, August 7

#19 Tepi-tepi

Hai halo Tuhan.

Lengahkah kami hingga Ramadhan sebentar lagi pergi? Sudah dapat apa kami sebulanan ini? Hingga bulan mulia itu mulai bangkit, beranjak, dan berlalu barang sekejap saja.

Orang bilang di ujung Ramadhan ada hari kemenangan. Kemenangan untuk siapa? Berjihadkah kau sebulanan ini? Astaga. Kami terlelap, kami lalai, kami abai, kami malu.

Ramadhan berakhir, itu benar. Namun ini bukan ujung, ini tepi-tepi. Tepi di mana kami akan mulai kembali menjalani rutinitas tanpa kerangka bulan baik. Tepi di mana muslim semusim kembali rupa. Sungguh kenapa kami bangga tampil tak beragama.

Tuhan. Kau Maha Baik. Kau mungkin geram melihat kami yang berdoa agar Ramadhan depan kembali jumpa, namun kami isi sela-selanya dengan dosa. Dan di tepi-tepi ini kami mengharap Kau tidak memasukkan kami kepada golongan itu. Terima kasih Tuhan untuk madrasatu Ramadhan, tempat pembelajaran paling baik.

Friday, August 2

#18 Hai Tuhan

Hai halo Tuhan. Kau dekat namun jarang sekali disapa. Kau terlalu baik, maka kami lupa. Coba sentil kami sedikit saja, hitung berapa banyak tangan tengadah meminta. Hehehe. Kami hanya bisa meminta, dengan kata-kata yang sama. Menuntut ini menuntut itu. Sebagian kami lupa, Kau Maha Asyik. Kami bayi dan kue-kue banyak di tangan-Mu. Kami merengek. Padahal cepat lambat Kau memberi, namun kami keburu bosan dan ngambek. Dan kita bukan bayi lagi, seharusnya tidak begini. Anggap saja Tuhan sedang bercanda.

Tuesday, July 30

#17 Sepuluh Kedua

Hai halo Tuhan. Ramadhan hari ini telah masuk hitungan hari kedua puluh, atau kedua puluh satu. Entahlah, aku tidak menghitungnya. Yang jelas anggap saja ini sepuluh hari terakhir Ramadhan. Lalu apa saja yang sudah kita dapat?

Dai sepuluh hari terakhir ini akan datang tamu besar, begitu katanya. Orangl-orang menyebutnya dengan lailatul qadr, yang akan tiba di salah satu malamnya. Malam yang mana? Entahlah tak ada orang tahu. Ini jackpot, begitu Tuhan? Jackpot bagi yang giat ibadah tiap malam tiap hari. Tapi kami sungguh perhitungan. Menganggap bahwa malam itu datang di malam ganjil saja, maka kami giat di malam itu saja. Hehehe.

Sepuluh hari terakhir ibarat hukum alam. Hanya yang tekun saja yang istiqomah akan ibadahnya. Tengok saja, masjid kian longgar. Pasar lebih ramai. Aku pun, Tuhan, sudah sering meninggalkan taraweh berjamaah gegara urusan duniawi. Bacaan Quran pun tidak sengebut dulu. Irhamna Ya Allah. Di sepuluh hari kedua yang Kau limpahkan maghfiroh di dalamnya, sudilah Engkau ampuni kami yang mulai lalai. Tegur kami bila perlu, dengan cara-Mu.

Sunday, July 28

#16 Langit

Hai halo Tuhan samawi wal ardhi. Tuhan langit dan bumi. Bumi yang seolah kukenal betul rupanya kecil ibarat debu dibanding langit-Mu. Langit yang tiap malam kupandangi. Langit tempat Kau letakkan bulan, bintang, dan hal-hal yang tak kuketahui. Tuhan. Dari langit itu pula turun ruhul kudus bersama firman-Mu. Yang Kau pertemukan dengan kekasih-Mu, Muhammad. Yang akhirnya orang-orang namai peristiwa itu dengan Nuzulul Quran, yang baru-baru ini kami peringati. Dan dari langit itu pulalah rahmat-Mu turun tiap malam. Termasuk apa yang sebentar lagi akan kami sambut. Langit tempat turunnya seribu keberkahan, di malam yang lebih baik dari seribu bulan.

Friday, July 26

#15 Doa

Hai halo Tuhan. Bahwa Engkau mengabulkan semua doa itu benar, hanya saja kebanyakan kami salah sangka. Kami lupa bahwa itu semua kecil bagi-Mu, segampang melentikkan jari. Begitu kan, Tuhan. Ya. Semua itu terkabul. Hanya saja dengan cara-Mu, bukan cara kami. Sesuai waktu-Mu, bukan waktu kami. Aku membayangkan jika apa-apa yang menjadi permintaan kami Kau turuti begitu saja, maka tak ada lagi doa-doa panjang dipanjatkan. Tak ada lagi tangan tengadah tengah malam. Tak ada lagi air mata bercucuran, oleh sebuah permohonan. Aku tahu, Kau tetap menginginkan kami dekat dan santun, untuk mengucap doa-doa.

Thursday, July 25

#14 Hai Tuhan

Hai halo Tuhan. Baiknya diri-Mu masih menyambung nafasku, juga orang-orang yang kucintai. Memberiku kekaguman, terlebih kepada-Mu. Tuhan. Semua-semua itu Kau berikan tanpa kami minta. Sampai-sampai kami lupa kami punya semua itu. Dan di samping doa-doa yang kami panjatkan, terus kami panjatkan, tentunya Kau lebih memberi lagi. Meski dengan cara-Mu, sampai-sampai kami tidak tahu. Tuhan. Atas semua doa yang kami panjatkan, Kau pasti geli mendengarnya. Hehehe. Sebab apa? Sebab aneh-aneh saja kami dalam meminta. Harta, tahta, wanita. Begitu. Termasuk juga doa dalam pertandingan sepak bola. Dan kami berharap Kau bercanda dengan mengabulkan semua itu. Hehehe.

Wednesday, July 24

#13 Hai Tuhan

Hai halo Tuhan. Maaf baru sempat menyapa. Tidak, aku tidak mungkin lupa. Hanya saja kesibukan yang lain menyita kesenggangan, dan itu urusan dunia. Tuhan. Ketika ibadah jadi ritual semata, tak ada yang sakral. Kami pun berkilah, daripada tidak dikerjakan sama sekali. Engkau tetap menerima, urusan pahala itu hak prerogatif-Mu. Begitu, Tuhan? Itu pula yang kami lakukan akhir-akhir ini. Ada yang lucu, ketika puasa yang paling dinanti adalah berbuka bersama. Bersama orang banyak meramaikan rumah makan, bukan ibadah. Hingga sepi masjid-masjid, dan telat sholat Maghrib. Apalagi taraweh berjamaah, mana sempat. Hehehe. Begitulah, Tuhan. Adakalanya ibadah menjadi urusan dunia. Namun jangan sampai keterlaluan hingga dunia mengalahkan ibadah. Jewer kami jika sampai demikian, tetap dengan cara-Mu.

#12 Dosa

Hai halo Tuhan. Kau sungguh baik, Maha Baik. Maka dari itu sebagian orang menganggap Kau terlalu sayang mereka, sehingga mereka menjadi manja. Tak jalankan perintah-Mu tak apa-apa, katanya. Tetap lakukan hal yang tak Kau sukai, meski mereka tahu itu dosa. Hanya karena mereka yakin Kau mudah memaafkan. Begitu. Tuhan? Semakin ke sini semakin banyak kutemui orang yang bangga tampil tak beragama, Tuhan. Prianya malu jika terlalu alim, wanitanya malu jika terlalu muslim. Ke masjid, mengaji, itu gak keren, itu kerjaan orang tua. Jilbab itu kuno, semakin seksi semakin cantik. Mereka tidak tahu, Tuhan, Kau ini Maha Asyik. Tapi semenjak masuk bulan puasa, semua mendadak alim, semua mendadak muslim. Entah pura-pura atau entah cuma terbawa suasana. Menghormati bulan Ramadhan, begitu katanya. Mereka lupa, Tuhan, mereka tidak lebih terhormat. Hehehehe, maaf. Kami memang kurang ajar, Tuhan. Tapi sekali lagi Kau sungguh Maha Baik. Namun jika kami tetap kurang ajar juga, berilah kami pelajaran.

Saturday, July 20

#11 Langgar Selepas Taraweh

Dulu sekali Tuhan. Aku masih ingat, ketika tempat sholat itu kusebut langgar. Kecil, selayaknya langgar-langgar kampung. Sehingga saat taraweh tiba, laki-laki saja yang muat di dalamnya. Selebihnya membanjiri pelataran, ke tepi-tepi jalan, hingga ke serambi-serambi rumah.

Imamnya pun imam kampung, jamaahnya jamaah kampung. Kental sekali kekeluargaan di sini. Dua tiga rekaat tak masalah, ada senandung kecil di sela-selanya. Hingga saat khutbah tiba, yang seringkali disampaikan dengan bahasa Jawa yang kental sekali. Sampai-sampai banyak yang tak kumengerti.

Selepas itu, salam terakhir di akhir witir. Selepas itu, niat puasa dibaca bersama. Selepas itu, sholawat nabi mengiringi orang-orang bangkit dan berjabat tangan. Bocah-bocah tanggung usia sekolah sambil membawa buku menghambur mengejar Pak Kaji, hendak meminta paraf untuk buku Ramadhan.

Selepas itu, langgar sepi. Hanya ada remaja dan bocah-bocah. Sibuk berjingkat meraih al-Quran di atas almari, sebagian lagi sibuk menata meja kecil dan mengulur mikrofon. Lalu mereka tertunduk mengaji. Sementara dari kejauhan muncul emak disusul emak lain lagi, membawa jajan untuk kami.

Friday, July 19

#10 Sepuluh Pertama

Hai halo Tuhan.

Tak terasa Ramadhan telah memasuki hari ke sepuluh, artinya sudah sepertiga dalamnya kami menyelami bulan suci-Mu ini, Ya Tuhan. Aku akan coba ingat-ingat apa yang telah kami dapat sejauh ini.

Sahur,sesungguhnya di tiap sahur terdapat keberkahan. Namun di tiap sahur pula kami menyaksikan orang-orang saling mencela di televisi, dengan gelak tawa sejenak mereka lupa agama. Apa berkah itu masih ada untuk kami, Ya Tuhan?

Siang hari kami melakukan aktivitas seperti biasa. Hanya saja dengan puasa, kami cenderung malas. Hehehehe. Bukan itu masalahnya, namun ketika kami keluar rumah entah kenapa jadi banyak wanita cantik di jalan. Mungkin Engkau sedang bercanda dengan menguji kami seasyik ini.

Tidurnya orang berpuasa adalah ibadah. Begitukah, Tuhan? Dengan alasan ini pula kami cenderung malas dan benar-benar menghabiskan waktu dengan tidur. Sehingga tawaran pahala berlipat ganda dari-Mu itu kalah oleh lelap.

Menyegerakan berbuka. Berbuka artinya membuka diri dari awalnya yang tidak diperbolehkan selama puasa, bukan kalap apa-apa dilahap. Hehehehe. Sehingga mundur sholat Maghribnya, ketinggalan jamaahnya, dan kekenyangan jadinya.

Namun agaknya meramaikan malam-malam Ramadhan tetap kami lakukan. Tarawih berjamaah sungguh asyiknya. Tadarus al-Quran di masjid tetap berjalan, sebab di situ pasti ada jajan. Hehehehe.

Jika Engkau tengok kami selama Ramadhan, pastilah kami malu Ya Tuhan. Tapi Engkau pasti menengok kami, maka kami seharusnya malu. Dengan 10 hari awal Ramadhan ini, yang Engkau limpahkan rahmat di dalamnya, sudilah Engkau rahmati kami yang tak tahu diri ini Ya Tuhan. Kami akan terus memperbaiki diri untuk menyelami bulan suci-Mu dua per tiga lagi.

Thursday, July 18

#9 Ikhlas

Ikhlas itu apa sih, Tuhan? Ikhlas itu rela, ridha, tidak pamrih, tidak mengharap balasan. Begitukah? Katanya, jika kami beribadah kepada-Mu karena mengharap surga, itu tidak ikhlas. Atau ketika kami beribadah kepada-Mu karena takut neraka, itu tidak ikhlas. Atau ketika dalam kitab-Mu Kau menjanjikan 700 kali lipat atas tiap harta yang kami sedekahkan. Atau ini. Atau itu. Hingga ganjaran malam 1000 bulan. Ini Kau janjikan agar kami meraih itu, dalam rangka berlomba-lomba dalam kebaikan. Fastabikhul khairat. Mungkin Kau bisa ajari kami apa ikhlas itu dengan cara yang lain: takdi

Tuesday, July 16

#8 Hai Tuhan

Hai halo Tuhan.

Baru saja aku menghibur diri dengan pergi ke bioskop dan menonton film, berdosakah aku? Sementara banyak orang, yang mengatasnamakan pembela agamamu, kemarin kemarin lusa, berteriak pongkah meminta hiburan semacam ini ditutup saja. Dengan alasan, sebagai tempat maksiat, katanya. Jika memang banyak kemudharatan di sini, jadikanlah ia manfaat dengan cara-Mu, Tuhan.

Dan sekarang aku meratapi waktuku yang kubuang itu. Karena sesungguhnya besok aku akan menempuh ujian, dan aku belum belajar. Dan apa yang hendak aku pelajari pun tak ada, Tuhan. Hehehehe. Jika memang aku tak dapat belajar malam ini, mudahkan hari esok dengan cara-Mu, Tuhan. Boleh kan Tuhan?

Monday, July 15

#7 Hai Tuhan

Hai halo Tuhan. Sungguh Engkau Maha Pemberi, termasuk rasa kantuk ini. Maafkan aku, mungkin tadi tarawehku timbul tenggelam, ngantuk sangat ya Tuhan. Hehehe.

Tuhan. Bolehkah kuanggap kantuk ini sebagai nikmat, agar nyenyak dan berkualitas tidurku, dan bukankah itu menyehatkan.

Tuhan. Aku tak hendak mengadu apa-apa hari ini. Selain mengucap syukur kepada-Mu atas hari ini yang telah kutempuh, dan memohon ampun apabila hari ini aku berbuat salah.

#6 Hai Tuhan

Hai halo Tuhan.

Malam ini ada pertandingan sepak bola, negeri kami melawan negeri orang. Tentunya Engkau juga menonton karena Engkau Maha Melihat, bodohnya aku yang mengadu tentang hal ini. Aku tidak begitu suka sepak bola, maka mungkin aku sedikit tendensi dalam menulis ini. Bahwa seharusnya Ramadhan ini diisi dengan ketundukan dan ketakziman, bukan sorak-sorai dan hura-hura semacam itu. Bagaimana mereka taraweh, sekejap mereka lupa agama. Dan itu sia-sia Tuhan, karena kami kalah tujuh angka. Hehehehe.

Ngomong-ngomong tentang hal itu, Tuhan. Di mana Ramadhan tidak seperti Ramadhan. Seperti saat aku menengok televisi. Saat aku sahur dan menonton televisi, hiburan macam apa dengan gelak tawa, saling mencela, tak tahu busana, tak tahu agama. Kata Rasul-Mu dalam sahur itu terdapat keberkahan, tapi aku jadi ragu jika tetap disuguhi tontonan semacam itu bagaimana Engkau memberkahi kami. Tak hanya itu Tuhan, kemudian setelah itu saat aku membuka Facebook pun, aku melihat banyak perempuan cantik di sana.

Mungkin jika sebagian orang berpikiran puasa itu enteng. Sembari main game, main internet, jalan-jalan, nonton televisi, ntar Maghrib jadi kerasa sebentar. Betul jika puasa itu cuma menahan lapar dan haus. Hehehehe. Tapi bukan begitu. Puasa itu berat, karena di mana-mana sekarang banyak mudharat, Tuhan. Makanya Engkau mengganjar lebih bagi kami yang istiqamah berpuasa dalam arti sesungguhnya. Aamiin.

#5 Hai Tuhan

Hai halo Tuhan. Demikian aku menyapa-Mu. Bukan karena aku lancang kepada-Mu, hanya saja dengan demikian aku merasa Engkau sungguh dekat denganku. Karena memang sesungguhnya Engkau dekat, lebih dekat daripada urat leher tiap manusia. (QS 50:16). Namun kebanyakan dari kami tidak sadar, hingga kami jarang menyapa-Mu. "Dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada kamu. Tetapi kamu tidak melihat." QS 56:85.

Friday, July 12

#4 Hai Tuhan

Hai Tuhan.

Tadi saat sholat Isya dan Taraweh di masjid tempatku sholat, imam merupakan seorang hafidz. Ya, beliau penghafal kitab suci al-Quran. Masya Allah, suaranya, tajwidnya, makhrajnya bagus sekali. Seperti suara-suara indah pembaca al-Quran yang kerap mengisi ruang dengar di radio.

Aku jadi teringat oleh kisah seorang hafidz yang kehilangan hafalannya hanya karena melihat betis seorang wanita. Karena tadi sore saat aku mengunjungi supermarket di kotaku, banyak wanita cantik, Tuhan. Dengan bentuk yang menarik pula. Subhanallah. Mungkin Engkau sedang bercanda dengan menciptakan wanita penggoda sebanyak itu sementara kami berpuasa. Hehehehe. Maka dari itu kami harus lebih lagi memperkuat iman, karena godaan kini tak sebatas betis.

Oh iya, di supermarket itu ada tempat makan juga. Mereka buka ya Tuhan. Ya, mereka buka dan melayani orang makan di bulan puasa. Hanya saja mereka memasang tirai agar kami tidak dapat melihat orang yang sedang makan di dalam sana. Untuk apa? Agar supaya kami yang berpuasa tidak tergiur? Maaf, kami puasa sungguh-sungguh, hal seperti itu tidak mungkin membuat kami tergiur lantas membatalkan puasa. Atau mungkin tirai itu karena orang-orang di dalam sana malu terlihat karena tidak berpuasa. Kenapa mereka tidak malu kepada-Mu, Tuhan? Hehehehe.

#3 Hai Tuhan

Di luar gerimis, Tuhan. Dan itu membuatku sangat mengantuk. Seolah bunyi rerintik yang berderap itu adalah nina-bobo dari-Mu untukku. Kata orang, tidurnya orang berpuasa itu ibadah, tapi aku tidak yakin itu datang dari-Mu. Lagipula aku tak berpuasa, kan sudah berbuka. Hehehe. Aku cuma berharap dan berpikir, tidur orang yang telah seharian bekerja keras dalam keadaan puasa itu lebih utama, dan itu ibadah. Begitukah, Tuhan? Tapi tentu saja setelah semuanya dilakukan: menyegerakan berbuka, sholat Maghrib, Isya, dan Tarawih berjamaah, lalu tadarus al-Quran.

Terima kasih untuk seharian ini, Tuhan. Semoga aku sudah berbuat baik. Dan tahanlah gerimis ini, nina-bobo terindah dari-Mu. Selamat malam.

Wednesday, July 10

#2 Hai Tuhan

Hai halo Tuhan. Aku hanya sekedar menyapa. Tak mungkin aku menanyakan kabar-Mu atau bertanya Kau sedang sibuk apa. Karena sesungguhnya Engkau Maha Kuasa yang tak pernah merasa sibuk mengatur dunia seisinya.

Hari ini hari pertama kami berpuasa di Ramadhan tahun ini. Hari ini pula kami pertama berbuka atas rahmat-Mu. Semoga Engkau menerima puasa kami. Bukan karena kami sudah menahan lapar, atau haus, atau juga karena kami telah menahan nafsu. Tapi karena kami ikhlas, tentu Engkau lebih tahu.

Ada yang lucu Tuhan. Selepas buka tadi, kami ramai-ramai mengucap syukur secara terang-terangan, di Facebook. Mungkin ini juga keistimewaan Ramadhan, begitukah, Tuhan?

Hari ini aku ingin tidur awal Tuhan. Tenang saja aku sudah menyelesaikan bacaan Quran-ku. Baiklah. Jaga aku, bimbing aku Tuhan. Sehingga besok aku masih bisa menjumpai-Mu lewat tulisan kecil ini.

Tuesday, July 9

#1 Hai Tuhan





Hai halo Tuhan. Hari ini awal Ramadhan, begitu kata ulil amri di televisi. Namun ada juga saudaraku yang mengawali Ramadhan sejak kemarin. Sehingga sebagian dari kami berkata-kata: mengapa kita berbeda? Ada pula sebagian dari kami dengan egonya meremehkan sebagian yang lain. Aku tahu, pasti Engkau sedang menguji seberapa dewasakah kami.
Tuhan, hari ini aku membaca kitab suci-Mu lho, al-Quran. Mungkin jika ia dapat berbicara ia akan menyindirku: karena Ramadhan lalu aku menyentuhnya. Tapi aku kira tidak, ia mungkin rindu ketika aku mengucap basmallah di atasnya, lalu mengeja huruf demi huruf, terkadang juga telunjukku ikut menuntun.
Hari ini aku ke masjid seperti biasanya. Namun ada yang berbeda, Tuhan. Masjid jadi tampak sempit karena jamaah yang banyak. Namanya juga Ramadhan, mungkin begitu gumamku.
Oh ya, mulai hari ini sepertinya aku akan sering menulis surat untuk-Mu, Tuhan. Atau hanya sekedar menunjukkan puisi-puisi tentang-Mu. Dan tentu saja doa-doa yang tersirat juga, tentu Engkau lebih tahu. Dan semoga hujan yang tengah turun malam ini turut membawa berkah dari-Mu.

Sunday, February 17

Employee



        Employee. Istilah kerennya kalau gak mau dibilang karyawan. Bahkan kata karyawan pun masih lumayan daripada dibilang pekerja. Begitu? Tapi apapun istilahnya saya hanya membedakan pekerjaan menjadi dua: bekerja untuk orang lain (staff employee), dan bekerja untuk diri sendiri (self employee).

        Singkat cerita, entah ada kesepakatan apa antara bapak-bapak to bapak-bapak, dan yang jelas memang ada sesuatu. Saya diminta bapak saya untuk pergi ke perusahaan seorang bapak, menemui bapak yang lain lagi, karena saya dipromosikan untuk bekerja suatu pekerjaan.

        Saya bingung. Lha saya ini kan masih kuliah, masak diminta kerja. Setelah negoisasi, eh negosiasi, disepakati saya bekerja suka-suka saya. | Eh gak boleh gitu dong?! | Saya bekerja di perusahaan itu jika tidak ada kuliah. Jadi secara normal saya kerja seminggu tiga kali, yang setengah hari satu kali. Lucu. Tapi jadi gak lucu karena saya jadi gak punya hari libur.

        Oh iya, FYI, perusahaan yang saya maksud itu industri tekstil yang buat sarung. Nah saya kebagian tugas memoles corak-corak sarung. Di situ disebut desainer. Keren kan? Sebenarnya tugasnya sih enteng, gitu-gitu doang. Tapi justru yang gitu-gitu doang itu yang bikin saya sering nganggur. Saya jadi seonggok manusia yang kerjaannya klik kanan refresh-klik kanan refresh, atau kalau gak ya main game. Nah sisi positifnya karena waktu luang itu saya jadi sering berlatih dan sekarang saya mahir bermain Minesweeper. Serius.

        Lama-lama saya muak dengan rutinitas ini. Bayangkan, kerja kok enak banget. Berangkat sesukanya. Sakarepku. Lucu. Jadi gak lucu sebab saya khawatir ada kecemburuan sosial di sini, mengingat saya paham betul tekanan kerja di sana bagi staff yang beneran. Ditambah saya juga punya kegiatan lain di kampus selain kuliah, mahasiswa teladan gitu loh. Sakarep, batinmu.

        Dilema berkecamuk di dalam dada. Di titik ini saya sudah jenuh. Dan lagi saya semakin sulit membagi waktu. Ditambah racun-racun para guru di twitter dengan pemikiran ini itu, saya gak boleh jadi karyawan. Saya adalah pengusaha yang terjebak di dalam tubuh karyawan. Saya harus bekerja untuk diri saya sendiri.

        Saya resign. Waduh ini nih the hardest part. Sulit banget mengungkapkan kepahitan ini ke pihak perusahaan. Saya ini orangnya gak enakan. Tapi didorong motivasi ala MLM di dalam diri saya, saya mengungkapkan perasaan saya. Skip. Singkat cerita saya resign beneran. Hiks hiks. | Kamu nangis? | Gak, aku pilek. |



        Hari terakhir. Pegang komputer kantor untuk terakhir. Seruput teh manis kantor untuk terakhir. Cuci mata mbak kantin cantik untuk terakhir. Salto sambil bilang WOW di meja bos untuk terakhir. Oke yang terakhir lebay dan keliatan fiktif banget. Yang jelas hari itu pamitan. Dikasih wejangan ini itu. Pidato perpisahan yang saya siapkan terpaksa gak saya ucapkan, karena gak penting banget. Dan terakhir temen kantor ngasih ini.

Oh sweeeeeet. Sayang dia cowok. Tapi saya percaya banget apa kata permen itu. Sukses!
http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html