Saturday, August 27

Cukur Rambut






      Perjuangan untuk cukur rambut dimulai sejak 2 hari sebelumnya. Saya ini orangnya setia jadi cukur rambut ya di tempat itu-itu saja. Paling ada satu dua tempat lain lagi sebagai alternatif. Dan sialnya, waktu-waktu mendekati lebaran seperti ini semua tepat cukur rambut penuh. Tentunya malas sekali menunggui orang-orang yang cuma duduk mengantuk di depan cermin sambil membiarkan kepalanya dipegang-pegang orang lain.
      Jujur saya lebih suka cukur rambut di kios-kios pinggir jalan ketimbang di salon atau barber shop. Apa saya pelit? Memang tarifnya lebih murah, ya selisih sedikit lah. Tapi memang saya lebih nyaman cukur rambut di pinggir jalan. Alasannya? Karena saya canggung dengan suasana salon atau barber shop, canggung dengan cermin besar di depan wajah, canggung dengan handuk yang melingkar di bahu, canggung dengan gambar-gambar kepala di dinding, apalagi salon atau barber shop didominasi oleh tuna gender alias bencong. Dan satu lagi, sangat tak nyaman buat saya untuk duduk dan dicukur sementara di kiri kanan saya juga ada orang yang melakukan hal sama. Kalau di pinggir jalan kita benar-benar eksklusif, satu orang satu.
      Kembali ke cerita perjuangan mendapatkan tempat cukur. Satu hari saya keliling tempat-tempat cukur dua kali. Hanya untuk memastikan bahwa tempat cukur sepi dan saya bisa cukur segera. Tapi kenyataannya selalu penuh. Dua hari berturut-turut saya berjuang, di tengah terik matahari sore, di tengah padatnya lalu lintas mudik, semua tempat cukur berjubel. Mungkin memang mendekati lebaran seperti ini tempat cukur selalu penuh. Selain pengaruh adat Jawa juga alasan kerapihan menyambut hari yang suci.
      Karena dua kali sehari selama dua hari tak mendapatkan hasil, maka saya putuskan hari ini saya akan berjuang agak siangan. Siapa tahu karena panas gini orang-orang jadi malas cukur rambut. Saya langsung menyambangi kios cukur rambut kebiasaan saya, bangunan semi-permanen dari papan yang berdiri di atas irigasi.
      Di dalam kios ada satu orang yang sedang dieksekusi dan dua orang cewek. Hah? Cewek? Baru kali ini saya menemukan cewek menggunakan jasa cukur rambut pinggir jalan. Gak gengsi apa? Apa mungkin karena salon-salon juga penuh? Tapi kan di sini gak bisa rebonding? Dua cewek seumuran SMP. Yang satu biasa saja (belakangan diketahui sebagai calon korban), nah yang satu lagi luar biasa (belakangan diketahui sebagai teman korban). Luar biasa gimana? Cantik. Seksi. Meski masih usia SMP aura cantiknya kelihatan. Kalau dilihat-lihat muka manisnya mirip Marsha Aruan. Dan, buset, yang satu ini pakaiannya minim sekali (baca: tank top, hot pants). Saya sempat lupa kalau lagi puasa. Astaga.



Marsha Aruan


      Ah biasa aja deh? Lebay deh? Oke kalau semisal saya menemukan yang begini di mall atau cafe bisa dibilang biasa saja. Lha ini di tempat cukur rambut mau pamer sama siapa. Sama abangnya? Oke kita kembali. Untuk menyibukkan diri saya mengutak-atik handphone saya. Meski cuma buka Facebook, skip, Twitter, skip, Kaskus, skip, cek SMS, tapi setidaknya saya kelihatan sibuk dan cool. Tapi tetap saja hal itu tidak bisa menghalangi mata saya untuk melirik sedikit saja jengkal-jengkal keseksiannya. Halah. Semoga pahala puasa saya tidak dikurangi. Eh, eh, eh. Tiba-tiba datang segerombolan anak tanggung dengan mengendarai berbagai sepeda. Gayanya khas alay banget menjurus ke punk karena kompakan pake kaos hitam. Apalagi obrolannya, beuh, siapa lagi gak ngobrolin cewek itu.
      Setelah menunggu penuh perjuangan melawan hawa nafsu dan zina mata, yang mana ternyata hasilnya seri, akhirnya tiba giliran saya untuk dieksekusi. Saya duduk di kursi kayu, tidak ada kursi empuk. Di depan saya ada meja kecil penuh dengan alat eksekusi, di atasnya ada cermin kecil sehingga hanya cukup untuk memuat wajah ganteng saya. Abang tukang cukur dengan mesra memasangkan celemek menyelimuti tubuh saya. Dan dengan keyword “Bros tipis bang!”, eksekusi dijalankan. Padahal saya biasa di sini tapi kenapa saya harus selalu ngomongin keyword.
      Pejuangan saya belum berakhir. Karena gerombolan tadi menggangu sekali. Mulai dari jokes garingnya hingga tingkah polahnya. Sebagian dari mereka terus mondar-mandir hingga ke depan dan memandangi wajah ganteng saya. Buset ini anak naksir saya kali ya.
      Finishing. Dengan lembut abang tukang cukur memoles sekitaran kepala dengan cairan mirip sabun dan dengan cekatan dia mengikis kulit saya mirip tukang kelapa muda. Selesai, dibedakin, disapu pake busa, dan tada: Wajah Ganteng Saya.




0 komentar:

Post a Comment

Mohon tinggalkan jejak kawan..

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html