Monday, February 13

Valentine, Sayang







           Brakkkkk. Anne membanting kencang tasnya ke atas meja. Dengan wajah bersungut-sungut, memandangi bergantian kedua wajah yang tampak marah serupa dengannya. Bersitegang. Bersamaan dengan deru mobil dan klakson yang berkali-kali dari luar rumah, Anne menyambar tasnya dan berlalu keluar meninggalkan orang tuanya – yang tampak menyebalkan malam itu, tanpa salam, tanpa senyum.
           Di dalam mobil Anne diam. Sejenak ia lupa akan sosok pria di balik kemudi, Ezra. Dan baru sejurus kemudian ia menumpahkan kekesalannya dengan mengomel tiada hentinya.
            “Seperti tak pernah muda saja. Ini gak boleh itu gak boleh. Katanya semua demi kebaikanku. Kebaikanku? Bullshit. Aku yang paling tahu tentang apa yang baik bagiku. Mentang-mentang orang tua mereka bisa mengaturku seperti anak kecil. Hei! Umurku sembilan belas tahun. Aku bukan anak bayimu lagi, ah!” cerocos Anne.
            “Ada apa sih, ketemu aku bukannya seneng malah marah-marah?” tanya Ezra.
            “Calon mertuamu. Hampir saja aku tak boleh keluar malam ini,” jawab Anne.
            “Calon mertua? Kapan kita bilang kita akan menikah. Hahahaha,” timpal Ezra.
           Sejenak hening. Anne masih terdiam.
            “Ayolah sayang. Kan yang penting sekarang kamu sudah bersama aku. Kita bisa bersenang-senang. Lupakan orang tuamu sebentar saja demi kita malam ini!” bujuk Ezra.
           Senyum mulai mengembang di bibir manis Anne. Ia genggam tangan Ezra yang sedari tadi bertumpu di atas pahanya. Kini Anne tak lagi hanya memandang kosong ke depan. Ia telah sadar akan keadaan kota malam ini. Malam yang begitu ramai, lebih ramai dari malam Minggu.
           Terang saja, hari ini adalah bulan Februari hari ke-empat belas. Ya, 14 Februari. Hari raya Valentine, hari yang katanya adalah hari kasih sayang. Mudah sekali menemukan sepasang kekasih di malam ini. Di jalan-jalan, hilir mudik kendaraan dengan manusia yang berpasang-pasang. Di pinggir-pinggir jalan, manusia bergandengan berjalan berpasang-pasang. Sampai di sudut-sudut taman, tempat hiburan, café, hingga warung biasa pun tampak gerombolan manusia berpasang-pasang. Cinta ditumpahkan semalam ini.
           Di meja bundar, satu dari sekian banyak meja di ruangan itu, Anne dan Ezra duduk berhadapan. Lilin-lilin merah muda di tengah meja menyala menambahkan cahaya lampu di ruangan yang temaram. Iringan jazz dan bossa nova yang sayup-sayup namun terdengar merdu menemani candle light dinner di hari Valentine. Anne dan Ezra, satu dari sekian banyak pasangan di ruangan itu berlomba-lomba memadu kasih, menjadi yang paling romantis.
            “Oh ya, aku punya kado untukmu,” seru Anne mengawali obrolan.
            “Tutup matamu!” imbuhnya kemudian.
           Anne mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya dan menaruh benda itu ke dalam genggaman Ezra. Kotak kecil hitam berpita merah, yang masih tampak rapi meski Anne sempat membantingnya bersama tasnya tadi.
            “Apa ini?” spontan Ezra bertanya.
            “Buka saja!” balas Anne dengan sesimpul senyum dan berharap Ezra akan suka dengan hadiahnya.
            “Wah jam tangan. Terima kasih sayang. Bagus banget!” tampak Ezra begitu senang dengan kadonya, dan Anne jauh lebih senang.
            “Aku senang kamu suka,” aku Anne.
            “Aku juga punya kado untukmu, gantian kamu tutup mata!” sergah Ezra.
           Beringsut Ezra bangkit dari tempat duduknya dan mendekati Anne. Didekatinya wajah Anne, dan sebuah ciuman mendarat di pipi Anne. Anne pelan-pelan membuka matanya dan Ezra telah kembali duduk di depannya. Tampak wajah Anne merah karena rona malu, senang, dan sedikit kecewa. Kecewa karena kado yang Ezra maksud hanya sebuah kecupan, tak sebanding dengan jam tangan mahal itu.
            “E, apa?” tanya Anne kebingungan karena Ezra terus saja menatapnya sambil tersenyum seolah menyimpan kejutan lain. Benar saja, dari kantong Ezra mengeluarkan sesuatu. Dua batang coklat. Ah, kado yang lazim pada hari Valentine, batin Anne.
            “Coklat? Buat aku?” kata Anne dengan ekpresi senang yang sebenarnya ia paksakan.
            “Iya,” jawab Ezra.
            “Tapi kenapa dua?” tanya Anne.
            “Tadinya hanya satu. Tapi kupikir satu coklat tak akan mampu mengalahkan manismu. Tapi ternyata dua batang coklat pun masih tak mampu menandingi manisnya wajahmu,” gombal Ezra.
            “Ah kamu mah gombal,” timpal Anne.
           Sudah lama Ezra dan Anne duduk di tempat itu. Tak terhitung berapa kata-kata manis yang terucap dari mulut Ezra, dan tak terhitung pula berapa kali Anne tersenyum karenanya. Meski ini adalah malam Valentine pertama bagi mereka, namun ini bukan yang pertama bagi Ezra, begitu juga dengan Anne. Setidaknya setiap tahun kebanyakan pasangan melewati malam Valentine dengan pasangan yang berbeda.
           Malam beranjak larut. Satu per satu meja telah ditinggalkan pemiliknya. Ada satu pasangan di meja paling ujung, yang tampaknya masih menikmati suasana redup dengan bercumbu. Biasanya setelah makan malam, muda-mudi akan duduk-duduk di alun-alun dan pusat-pusat kota. Duduk dan berkumpul seperti kala menikmati malam pergantian tahun, hanya saja malam Valentine tak ada kembang api.
            “Mau ke mana kita, sayang?” tanya Ezra dari balik kemudi.
            “Terserah. Yang penting aku belum mau pulang,” jawab Anne.
            “Ya sudah, kita keliling-keliling dulu,” balas Ezra.
           Meski sekarang telah lebih dari tengah malam, namun jalanan masih tampak ramai. Mobil-mobil masih tampak terparkir di tepi jalan, apalagi sepeda motor. Terparkir di luar café-café, restoran, hiburan malam, hingga tempat karaoke sekelas rakyat yang memasang wanita kampungan berpakaian seksi di lobi-lobinya.
           Tiba-tiba mobil berhenti. Anne melongok keluar memandangi bangunan besar yang tepat berada di samping mobil berhenti. Anne membaca papan besar nama bangunan itu, dan kemudian dengan cepat melemparkan pandangan tak percaya ke arah Ezra.
            “Karena aku cinta kamu sayang,” kata Ezra manis.
            “Tapi aku belum siap,” balas Anne lirih.
            “Tapi sayang, ini Valentine. Ini Valentine!” seru Ezra.




*****
http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html