Friday, October 28

Jomblo Asmara







        Pasti semua orang kaget dan tak percaya saat saya bilang bahwa saya masih single. Please tahan rasa mual itu. Simaklah ini sebentar saja. Entah faktor apa yang menyebabkan saya single. Faktor sial, ekonomi, politik? Yang jelas bukan faktor tampang. Bukan, bukan karena tampang. Karena sejauh ini ada tiga orang yang mengatakan saya ngganteng. Pertama ibu saya, kedua bapak saya, dan ketiga tetangga-tetangga saya yang sedang menirukan perkataan ibu saya. Dan saya yakin kalian bakal jadi orang yang keempat. Oke bernafas dulu. Silakan bagi yang tadi mual bisa kerokan dulu mungkin, barangkali masuk angin.
        Oleh karena itu saya menjadi salah satu orang yang sangat-sangat tidak percaya ramalan bintang. Kenapa? Setiap baca ramalan bintang di situ ditulis: “Gemini. Asmara: Aduh, ada yang kangen nih. Setan ya mbah yang kangen? | Bakal ada kejutan nih dari si dia. Saya bakal kesetrum ya mbah? | Aduh, tambah deket aja nih. Iya, tambah deket sama tangan sendiri. Dan begitulah yang sejenisnya di mana ramalan itu benar-benar bodoh dan sok tahu.
        Ada satu quote keren: “Jomblo itu nasib. Sedangkan single adalah prinsip”. Nah ini bedanya antara jomblo dan single. Kalau nemu cowok siul-siul dan ngoceh gak jelas ke cewek, bisa dipastikan mereka jomblo, dan mereka alay. Tapi jika ada cowok ngganteng yang bisa gaul sama semua cewek, yang gak mentingin status, nah itu baru cowok single, atau bahkan mungkin dia gay. Tidak. Saya juga khawatir orang-orang menjudge demikian. Tapi prinsip lho ini. Buat apa sih pacaran cuma buat status. Emang kalian yakin pacar kalian sekarang bakal jadi istri atau suami kalian nanti.
        Saya pernah dekat dengan cewek, atau justru ia yang dekat dengan saya. Teman SMA, ya sudah dibilang sahabat gitu lah. Lingkungan berkata dia dan saya sedang pendekatan. Kita sering SMS-an. Tapi kalo telpon justru dia yang telpon, soalnya saya ini pelit jadi gak pernah telpon. Dia nanya kriteria cewek seperti apa yang saya idamkan. Pokoknya saya tahu lah perilaku dia bakal menjurus ke mana. Sebenarnya saya juga sayang sama dia. Tapi yang ada di pikiran saya saat itu, apa sih pentingnya status. Toh saat itu kita berdua sudah deket banget kayak kakak adek. Nah karena hubungan itu sudah kayak hubungan kakak adek, saya justru merasa berdosa jika mengubah status dia sebagai pacar. Rasanya seperti macarin adek atau kakak sendiri. Tapi saya menyesal sekarang. Saya terus kepikiran bagaimana usaha dia dulu untuk mendapatkan saya tidak saya penuhi. Plakkkkk. Oke bernafas dulu. Silahkan kalian boleh melempari saya pake apa saja.
        Tapi anehnya, ini yang lucu, orang-orang di sekitar saya tahu saya single, atau jomblo gitu lah, tapi mereka yang kasmaran bahkan yang sudah pacaran malah curhat dan minta wejangan ke saya. Baik lewat message Facebook, SMS-an, hingga tatap mata dua muka. Saya suka mendengarkan setiap masalah dan saya merasa sangat puas apabila bisa menyelesaikannya. Kepuasannya seperti mendapatkan upil gede dua kali berturut-turut dari lubang yang sama. Lalu kenapa saya tidak jadi psikolog saja ya, batin saya.
        Ya, bisa dibilang saya ini puitis dan romantis. Salah satu teman pun pernah minta saran untuk kado ultah pacarnya sampe kado anniversary hubungannya. Teman kampus saya selalu konsultasi apa yang musti dilakukan tentang gebetan yang hendak dipacarinya. Bahkan temen Facebook yang belum pernah bertemu langsung pun kerap curhat, minta pendapat, sampai diminta menerawang pacarnya itu, semenjak dulu dia berpacaran hingga kini putus. Temen Facebook lain bilang diksi saya bagus. Aduh saya jadi malu.
        Tapi dari semua itu, bukan berarti saya anti pacaran. Pacaran itu gak dilarang. Pacaran itu boleh. Namun hanya saja banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Maka dalam hukum fikih, apapun yang lebih banyak hal buruknya daripada manfaatnya, lebih baik dijauhi saja. Bahkan teman saya ekstrem dalam update status: “Jomblo sampai halal”. Tidak, saya gak se-ekstrem itu kok. Jadi tenang saja bagi para wanita yang hendak mendekati saya. Yuk pacaran sehat.

Sunday, October 2

Gagal lagi! Suksesnya?









          Hayo kemarin siapa yang ikut USM STAN? Saya ikut lho. Lha terus? Ya gak papa, cuma ngadu. Terus gimana hasilnya? Kan kemarin-kemarin ini baru aja pengumuman tuh. Selamat ya buat kalian yang lolos tesnya. Semoga sukses di sana seperti suksesnya Bung Helmy Yahya, jangan sukses seperti suksesnya Gayus Tambunan. Dan sabar ya bagi yang gagal. Toh dari sekian banyak yang tes pasti yang gagal lebih banyak daripada yang lolos.
          Seperti sudah saya bilang, saya ikut. Dan sudah bisa ditebak hasilnya, saya lolos. Ya, lolos alias tidak ikut kesaring babar blas. Saya gagal. Nama saya tidak ada dalam list. Padahal nama saya bagus lho. Entah gimana cara mereka menyeleksinya. Yang jelas bukan dari tampang karena kemarin yang ngawasin bapak-bapak. Lain cerita kalau bapak itu maho dan kebetulan saya jelek. Mungkin juga dari hasil tes saya. Tapi perasaan kemarin sudah saya akalin kok. Dari tiap nomor ada empat option ABCD sudah saya bunderin semuanya kok, dengan harapan pasti dari keempat bunderan itu ada satu option yang betul.
          Ah sudahlah. Toh ini bukan kegagalan saya yang pertama. Tahun lalu, waktu masih fresh graduate dari SMA, saya juga ikut USM STAN. Dan hasilnya? Ya gagal juga lah. Nah yang kemarin lalu itu murni kesalahan saya. Saya terlalu kepedean, karena pas try out saya lolos. Jadi akhirnya pas tes saya out. Jujur waktu tes yang dulu saya banyak becandanya. Wong waktu tes saja saya suka curi-curi pandang ke peserta tes lain, cewek lho ya tentunya. Cantik sih. Dengan perawakan sedang, rambut panjang lurus, dan dengan wajah oriental. Back to the topic, cewek itu duduk di kanan depan saya. Let’s back to the real topic, kemeja yang dia pakai kekecilan jadi kelihatan seksi banget.
          Oke kali ini benar-benar back to the topic. Terhitung dari pengumuman kemarin saya dinyatakan gagal tes dua kali. Sedih gak? Ya ada sedihnya ada dukanya. Sedihnya saya gak bisa kuliah di sana dan menyenangkan orang tua saya. Dan dukanya saya gak bisa menyenangkan orang tua saya karena saya gak bisa kuliah di sana. Tapi ada sedikit terima kasih juga sih. Loh kok? Ya. Dalam doa saya berkomitmen. Tuhan akan mengabulkan doa saya dengan cara-Nya. Dan ternyata beginilah cara Tuhan. Saya percaya akan adanya Butterfly Effect. Saya yakin kejadian ini akan membawa pengaruh yang besar suatu hari nanti, dan semoga itu positif. Apalagi saya mempunyai komitmen. Kalau Tuhan gak memberi saya jalan ke sana, maka Tuhan memberi jalan ke Plan B saya.
          Ada quote untuk menghibur diri saya, yang bunyinya: “Adakah nama tokoh yang tercatat dalam sejarah yang tidak pernah gagal?”. Tapi saya benar-benar tidak butuh dihibur. Sombong? Bukan sombong tapi saya benar-benar tidak merasa sangat kecewa. Karena sudah dibilang saya punya komitmen. Maka berhentilah memperlakukan saya seolah-olah saya sangat kecewa dan sedih. Ini beneran lho. Ada temen kampus saya, awalnya dia gak percaya kalau saya gagal. Mungkin dia pikir saya sepintar Jimmy Neutron. Dan saya benar-benar gagal kawan. Dia langsung berusaha menghibur saya dengan kata-kata dewasa yang tinggi. Bapak saya saja ngomongnya gak gitu. Dia pikir saya kecewa berat.
          Sudahlah. Saya ke Plan B saja. Emang apa sih Plan B saya? Saya kepingin merintis usaha jualan keripik tempe. Ini serius. Ada banyak orang hebat yang meracuni pikiran saya. Dengan motivasi dan inspirasi macem-macem. Dan dengan sedikit inovasi dan intuisi saya telah memutuskan. Enterpreneur itu luar biasa. Saya pasti sukses karena saya sudah gagal dua kali.
http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html