Wednesday, June 1

Fajar Gelap Kini







Tulisan ini diimpor dari Note Facebook saya.


Fajar gelap kini. Tak ada cahaya kecuali lampu-lampu beranda rumah dan satu dua lampu temaram di sudut jalan. Tak ada suara katak bernyanyi, entah. Hanya suara serangga pohon yang ramai bersahutan. Tak ada tanda-tanda kehidupan kecuali suara binatang malam, padahal fajar sudah dekat kini.

Fajar gelap kini. Angin dingin bercampur harum rumput basah menyeruak seisi kamarku ketika jelanda kubuka. Benar-benar tak ada kehidupan kecuali hanya seekor kucing di bawah semak itu yang sedang menjilati kelaminnya sendiri. Sia-sia. Tak kudapati satu pun manusia hidup. Kembali aku beringsut meringkuk di atas pembaringan, padahal fajar sudah amat dekat kini.

Fajar gelap kini. Sayup-sayup kudengar suara manusia. Tanda kehidupan dimulai oleh suara murrotal di kejauhan. Senang betul aku mendengarkan suara itu, meski terkadang suara itu mengalun menghilang terbawa angin. Ayam-ayam berkokok, sapi melenguh, dan kambing mengembik. Semua makhluk menampakkan kehidupannya kini. Tapi sama sekali tak kutemukan manusia berucap alhamdulillahiladzi padahal fajar sudah amat teramat dekat kini.

Fajar masih gelap kini. Gema takbir mengalun bertalu-talu dari segala penjuru. Maha Besar Allah, ya benar. Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah, ya benar. Mari dirikanlah sholat, ya jika manusia benar-benar terbangun. Mari menuju kemenangan, ya jika manusia mau berusaha dan terbangun kini. Sholat itu lebih baik daripada tidur, ya andai saja mereka mendengar dan tahu. Maha Besar Allah dan Tiada Tuhan selain-Nya, ya mereka tahu dan andai saja mereka taat. Fajar benar-benar tiba kini.

Fajar tak lagi gelap kini. Langit timur dan langit barat membuat gradasi terang-gelap yang cantik. Cahaya matahari mengintip di timur horison, kuat menembus dan menelusup dari balik daun pepohonan yang basah. Sunyi sejenak. Suara serangga berhenti. Sekawanan burung bergerombol meninggalkan pucuk-pucuk pohon. Satu per satu lampu beranda mati yang menunjukkan ada kehidupan dalam rumah itu. Ah, terlambat. Karena di surau tadi aku benar-benar sendirian. Tapi, mungkin saja mereka melakukannya di rumah masing-masing. Dan fajar terang kini.

Fajar sudah tak ada lagi. Matahari yang menggantung di timur sana mulai melakukan tugasnya. Aku malu kepada matahari. Ia tiap hari melakukan hal yang sama. Tapi tak pernah ia mengeluh. Tapi aku tahu jika suatu saat ia jengah dengan penduduk bumi, ia akan diterbitkan dari barat. Dan jika itu lebih baik, semoga tak ada lagi fajar.




Pekalongan, Kamis 7 April 2011

0 komentar:

Post a Comment

Mohon tinggalkan jejak kawan..

http://www.resepkuekeringku.com/2014/11/resep-donat-empuk-ala-dunkin-donut.html http://www.resepkuekeringku.com/2015/03/resep-kue-cubit-coklat-enak-dan-sederhana.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/10/resep-donat-kentang-empuk-lembut-dan-enak.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/07/resep-es-krim-goreng-coklat-kriuk-mudah-dan-sederhana-dengan-saus-strawberry.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/06/resep-kue-es-krim-goreng-enak-dan-mudah.html http://www.resepkuekeringku.com/2014/09/resep-bolu-karamel-panggang-sarang-semut-lembut.html